Senin, 20 Oktober 2014

Hujan

Suasana pagi ini tidak seperti biasanya. Dua hari kemarin aku mengisi energiku kembali dengan tidur sepanjang hari. Di malam hari, seseorang mengingatkan aku tentang pelantikan presiden Indonesia yang akan dilaksanakan hari ini. Beberapa hari yang lalu, hampir semua channel televisi secara berkelanjutan mengekspos mengenai pernikahan mewah seorang artis. Hal tersebut cukup menjadi perhatianku selama berhari-hari, hingga akhirnya hampir saja aku melupakan moment bersejarah bagi seluruh bangsa Indonesia. 
Tidak ada yang berbeda pada lalu lintas di kotaku. Semarak menyambut presiden baru pun tidak nampak sama sekali. Berbeda dengan kota-kota besar yang begitu antusias mengucapkan rasa terima kasihnya kepada Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, dan menyambut kepemimpinan Bapak Jokowi-JK. Hal ini tidak akan mengurangi semangatku dalam menyambut hari bersejarah ini. 

Aku membuka gadgetku dan mulai membaca memo-memo penting yang harus aku kerjakan hari ini. Tampaknya hari ini aku bisa lebih bersantai. Tidak ada agenda khusus yang memakan begitu banyak waktuku hari ini. Sambil membaca memo, segera saja kusantap semangkuk havermout yang kini menjadi sarapanku setiap pagi. Setelah itu, aku mulai bersiap ke kantor. Aku meletakkan motorku dibawah pohon tepat di depan kantorku.
Sapaan para satpam cukup mewarnai dan menambah semangat kerjaku hari ini. Aku masuk dan melihat ruang kerjaku tampak lebih leluasa. Rak yang semula berada di belakang mejaku, kini berubah menjadi meja persegi panjang. Tampaknya ibu CA ku mengubah desain ruang kerjaku. Aku duduk dan mulai merapikan file-file di atas meja baruku itu. Kunyalakan PC sembari menunggu hasil perhitungan dari income audit. Sambil melihat berita hari ini, aku mengunduh beberapa program file yang memudahkan komunikasiku dengan beberapa rekan kerja.

Siang ini langit mendung, nyaris hujan. Tetesan air dari langit masih enggan menyentuh tanah. Namun bau hujan sudah dapat tercium. Ingatanku masih segar tentang dua hari sebelum aku benar-benar meninggalkan kota Malang. Suasana langit persis seperti hari ini. Aku melihat dan merasakan suasana seperti ini pada hari itu bersama seorang sahabat. Aku membiarkan tubuhku tersentuh oleh beberapa titik-titik air hujan pada perjalananku ke bank hari ini.

Hari ini indah, setidaknya aku dapat bernostalgia kembali dengan suasana kota Malang. Aku dapat merasakan dinginnya langit, aku dapat merasakan titik air hujan yang pernah membasahiku ketika perjuangan menyelesaikan tugas akhir kuliahku. Perjuanganku sesungguhnya ada di kota itu. Langit Malang menjadi saksi air mata kesedihanku dan air mata kebahagiaanku.
*****

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

© How God Writes Your Life Story, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena