Dulu saya pernah bermimpi untuk mengejar kebahagiaan, tetapi kemudian saya berpikir kembali arti kebahagiaan yang sesungguhnya. Seberapa besar saya memimpikan kebahagiaan, sebesar itu pula saya tidak pernah merasakannya. Kini saya mulai menyadari, kebahagiaan bukanlah sesuatu untuk dikejar, bukan juga sesuatu untuk diimpikan. Kebahagiaan ada di dalam setiap diri manusia yang mau merelakan dirinya untuk merasakan bahagia bukan sebatas fantasi belaka. Kebahagiaan adalah untuk dirasakan bukan untuk dikejar. Kebahagiaan datang ketika kita mengetahui bahwa diri kita bahagia. Ada orang yang memiliki harta namun tidak merasakan kebahagiaan, tetapi ada orang yang hidup dalam kesederhanaan namun tetap dapat berbahagia. Ketika mengawali hari, pilihlah untuk menjalaninya dengan bahagia, maka kebahagiaan menjadi milikmu hari itu.
Senin, 31 Agustus 2015
Jumat, 14 Agustus 2015
Grateful
Suatu ketika, sempat terpikir dalam pemikiranku, mengapa aku harus melakukan pekerjaan ini? Mengapa hidupku seakan berbalapan dengan jalannya waktu? Ada kalanya ingin mengeluh, dan ada waktu ketika aku merasa begitu lelah dengan segala rutinitas yang aku jalani. Tetapi ketika aku menoleh ke langit, aku merasa terlalu bodoh rasanya untuk tidak bersyukur dengan segala hal yang Tuhan berikan di hidupku.
Nafasku hari ini, kesempatanku untuk berkarya hari ini, dan segala hal yang terjadi di hidupku hari ini, semuanya dalam kendali Tuhan dan bukan kendaliku. Kalaupun aku harus mengeluh, aku sudah tidak memiliki alasan untuk mengeluh. Tidak semua orang memiliki kesempatan untuk hidup, tidak semua orang memiliki pekerjaan, dan tidak semua orang dapat berbahagia dengan kehidupannya.
Sembari aku melihat ke langit, ponsel hp ku berdering dan aku melihat sebuah pesan yang dikirimkan oleh seseorang yang begitu berarti di hidupku. Rasanya kurang untuk mendeskripsikannya sebagai pacarku. Ia adalah kekasihku, sahabat terbaikku, dan kakak terbaikku. Ketika aku membaca pesan dalam bbmnya, kata-katanya begitu sederhana, namun begitu membuatku bahagia. Ia selalu mengakhiri pesan bbmnya dengan kata, "koko mencintaimu meme sayang". Kehadirannya membuatku merasakan bahwa Tuhan begitu mengasihiku. Bahkan kehadirannya pun merupakan suatu mujizat dan anugrah terindah yang Tuhan berikan untukku. Apabila aku mengingatnya, aku benar-benar merasakan bahwa aku sama sekali tidak berhak untuk protes maupun mengeluh. Pada blog-blog sebelumnya, aku begitu mengharapkan agar Tuhan memberikan seseorang yang mencintaiku. Dan inilah jawaban dari semua doa dan impianku. Aku mencintainya, tetapi aku lebih mencintai penciptanya, yaitu Tuhan Yesus. Kalaupun ia membaca blog ini, aku tau dia tidak akan marah dengan perkataanku ini. Aku pun tahu bahwa ia jauh lebih mencintai penciptaku dibandingkan diriku. Hal inilah yang membuat hubungan kami semakin dipenuhi dengan kasih setiap harinya. Dalam doanya pun, ia selalu mengatakan,"Ajar kami untuk saling mengasihi seperti kasih yang Tuhan ajarkan kepada kami."
Keyakinan kami berdua ketika mengambil keputusan untuk berpacaran adalah segala hal harus berdasar pada kasih. Ketika kasih Tuhan memenuhi kami berdua maka kami pun dapat saling mengasihi satu dengan yang lain. Layaknya gelas yang terisi air. Ketika gelas tersebut penuh dengan air maka ketika ditambahkan air akan melumber ke luar gelas. Demikian halnya dengan kasih, ketika gelas hidup kami sama-sama terisi kasih, maka kasih itu akan melumber keluar dan tidak akan berkekurangan. Tidak akan saling menuntut untuk dimengerti, dan tidak akan merasa dirinya tidak diperhatikan. Berbeda halnya ketika gelas tersebut terisi setengah, maka keduanya akan saling menuntut dan akan terus merasa kekurangan.
Kami memutuskan untuk berpacaran jarak jauh untuk sementara waktu. Banyak orang yang begitu takut dengan hubungan jarak jauh. Ketika kami mengambil keputusan ini, kami tidak melihatnya sebagai suatu masalah. Kami merasa hubungan ini adalah suatu anugrah yang begitu lama kami nantikan. Kami begitu yakin dan percaya, Tuhan memiliki waktu yang indah untuk mempersatukan kami dalam suatu ikatan yang kudus. Tidak pernah terlintas dalam benakku untuk mencurigainya, ia pun demikian. Ia tidak pernah menuntutku melakukan ini dan itu, tetapi ia memberikan teladan kepadaku sehingga aku pun mampu melakukannya.
Hari ini, aku bersyukur untuk setiap rancangan Tuhan yang begitu sempurna di hidupku. Aku bersyukur ketika aku melewati segala proses yang terjadi di belakangku, yang mengajariku bahwa aku harus menghargai segala hal di depanku. Kami tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di depan kami, yang kami tahu, setiap hari adalah anugrah. Anugrah yang kami awali dengan ucapan syukur dan kami akhiri dengan ucapan syukur setiap harinya. Aku tidak memandang hidupku sebagai perjuangan, tetapi sebagai anugrah yang harus dinikmati. Jika ada yang bertanya ketika aku diberi kesempatan untuk dilahirkan kembali, aku ingin tetap menjadi seorang Lydia Angela Natasya.
Kamis, 12 Maret 2015
First and Last
Sore ini tidak begitu ramai
seperti biasanya. Nyaris tidak ada suara kendaraan yang berlalu lalang di depan
rumahku. Sore tadi aku sudah memastikan bahwa tidak ada jadwal latihan, ibadah
maupun pertemuan, tampaknya malam ini aku dapat berpetualang kembali dengan
segudang cerita yang belum sempat aku tuliskan lagi semenjak Januari lalu. Dua
bulan lalu, meskipun belum sempat aku menuliskannya, namun tidak ada satu
tanggalpun yang aku lewati tanpa merekamnya dengan jelas di kepalaku.
17 Januari 2015
Hari itu tampaknya seperti mimpi
di malam hari. Aku berkenalan dengan seseorang yang membuatku memikirkannya
hingga tertidur pulas. Aku belum pernah bertemu dengannya sebelumnya, tetapi
entah mengapa chat di malam itu
begitu membuatku merasakan kebahagiaan. Saat itu hampir tengah malam dan aku
terbangun dari tidurku. Aku membuka handphone
ku dan melihat notifikasi dari sebuah media sosial. Entah mengapa,
notifikasi itu begitu mencuri perhatianku, biasanya aku tidak pernah
menghiraukan hal-hal seperti itu. Aku menanggapi chat itu dengan begitu excited meskipun dalam keadaan setengah sadar.
Keesokan paginya aku terbangun,
melihat handphoneku untuk memastikan
bahwa semalam itu bukanlah mimpi. Sembari mempersiapkan diri ibadah pagi itu,
aku terus menerus memikirkan obrolanku semalam dengannya.
Hari demi hari berjalan, tidak
ada rasa takut dalam diriku untuk mengenalnya lebih dalam. Ini kali pertama aku
berani melangkah. Biasanya terhadap orang yang baru dikenal, aku akan
memproteksi hatiku dan menghindari hal-hal yang mungkin saja membuatku patah
hati di kemudian hari. Aku akan bertindak cuek dan kurang bersahabat terhadap
orang-orang baru. Tetapi ada yang berbeda ketika perkenalan hari itu, aku tidak
takut terhadap apapun. Aku membiarkan segalanya berjalan begitu saja.
Aku bertanya kepada Tuhan apakah
ini jawaban dari semua doaku selama bertahun-tahun lamanya. Perkenalan ini
persis terjadi sehari setelah aku menulis blog yang berjudul, “Who can find
virtuous woman?” Pada blog itu, dengan jelas aku menuliskan perkataan Tuhan
bahwa Ia sedang menyiapkan sesuatu yang besar di depanku. Aku pun mulai
mendoakannya. Kami berkenalan di saat sama-sama menjalani puasa 21 hari di awal
tahun. Saat itu aku menanyakan, apa yang ia puasakan yang belum dijawab oleh
Tuhan. Tampaknya kami sama-sama bergumul untuk hal yang sama, yaitu pasangan
hidup. Saat itu hatiku bergetar, bagaimana mungkin Tuhan mempertemukan kami di
saat yang begitu tepat. Kami menjalani hari-hari di depan kami dengan terus
saling mendoakan, saling menguatkan, saling mengingatkan. Ada kalanya khotbah
yang aku dengar di gereja sama persis dengan khotbah yang ia dengar di
gerejanya. Saat itu, Tuhan mengatakan kepadaku bahwa meskipun kami terpisah
jarak dan waktu, tetapi tidak ada jarak dalam hadirat Tuhan. Tuhan mengatakan
bahwa ia adalah anak kesayanganNya, Tuhan mau aku menjaganya dan mengasihinya
dengan tulus.
Pengalaman-pengalaman
supranaturalpun terjadi antara kami berdua dalam pelayanan kami. Hal itu pun
menjadi pengalaman pertamaku ketika mendoakan untuk sebuah KKR besar. Aku
melihat apa yang ia lihat meskipun kami terpisah di pulau yang berbeda.
Kejadian itu benar-benar membuatku merinding hingga saat aku menuliskannya. Aku
percaya Tuhan belum selesai sampai di sana, kami berdoa dan sepakat bahwa kami
mau dipakai Tuhan untuk kemuliaanNya. Perkenalan berlanjut dan kami menemukan
begitu banyak kesamaan dan kecocokkan. Tidak terlalu sulit untuk memahaminya
karena apa yang ia pikirkan seringkali sama dengan pikiranku. Kami tidak pernah
berdebat bahkan saling menyakiti.
14 Februari 2015
Hari itu adalah hari valentine.
Setiap pasangan pasti disibukkan dengan dating
atau romantic dinner di malam hari.
Valentine tahun ini adalah valentine pertamaku bersama dengan seseorang yang mengasihiku.
Kami tidak dapat melewati hari itu bersama-sama karena terbentur oleh jadwal
pelayanan di tempat kami masing-masing. Meskipun tidak dapat bersama saat itu,
kalimat “Happy Valentine” yang begitu sederhana dikatakannya membuat mataku
berkaca kaca dan hatiku bergetar.
15 Februari 2015
Saat itu ia menelponku, tanganku
gemetar dan jantungku hampir mau copot ketika mengangkat teleponnya. Ia mengatakan
padaku bahwa ia mengasihiku dan mengajakku untuk mengambil komitmen berpacaran.
Begitu banyak dalam kepalaku yang ingin aku sampaikan, tetapi aku tidak dapat
mengatakan apapun selain ucapan, “iya.” Saat itu mataku berkaca-kaca. Tuhan
mengatakan di saat yang bersamaan, “Apa kamu bahagia dengan pilihanKu, anakKu?”
Tentu saja aku begitu bahagia. Proses yang aku hadapi tidaklah mudah. Tuhan
membuatku belajar, terkadang aku terjatuh, terkadang aku menangis dengan keras,
bahkan aku pernah dikecewakan oleh orang lain. Dalam menghadapi proses itu pun,
Tuhan selalu mengatakan kepadaku bahwa Ia sedang mempersiapkanku dan sedang
mempersiapkan pasangan hidupku sampai suatu saat kami dipertemukan sebagai
pribadi yang utuh. Sekalipun aku mengalami kekecewaan terhadap orang lain,
Tuhan mengajariku untuk mengampuni orang lain dan mulai mendoakan pasanganku
sekalipun mungkin saja aku belum mengenalnya. Ia menjawab doaku di saat yang
begitu indah.
Aku teringat ketika orang
menanyakanku, tipe lelaki seperti apa yang aku inginkan. Aku langsung menjawab
dengan jelas bahwa aku menyukai orang yang mencintai Tuhan dan mencintaiku.
Pikiranku sederhana, seseorang yang mencintai Tuhan pasti memiliki buah-buah
Roh yang memuliakan Tuhan dan memberkati orang lain. Aku mencintai orang yang
mencintaiku dengan utuh.
Hal ini mungkin tidak dapat
dipercaya oleh orang lain. Aku begitu mengasihinya sekalipun aku belum pernah
bertemu dengannya. Orang lain menganggapku begitu bodoh karena keputusanku yang
tidak sesuai dengan logika mereka pada umumnya.
26 Februari 2015
Hari ini adalah hari pertama kami
bertemu. Ia mengunjungiku dari Malang ke Lombok. Pertemuan pertama kami terjadi
di bandara ketika aku menjemputnya. Aku sempat berpikir bahwa pertemuan pertama
kami akan begitu canggung, tetapi ternyata tidak. Kami bertemu dan mengobrol
seolah-olah kami sudah lama bertemu. Pertemuan kami hanya berlangsung 3 hari.
Kami memanfaatkan tiga hari itu untuk saling mengenal lebih dalam lagi. Tutur
katanya begitu lembut dan tidak pernah ada satu kata-kata kasarpun keluar dari
mulutnya. Tidak ada satupun perbuatan yang ia lakukan yang pernah menyakiti
hatiku. Setiap perkataan dan tindakannya benar-benar mencerminkan sosok anak
Tuhan yang begitu aku dambakan selama ini. Ia membuatku semakin mencintainya.
1 Maret 2015
Aku merekam setiap kejadian yang
terjadi selama 3 hari aku bersamanya. Setidaknya, ketika jarak memisahkan kami,
aku masih menyimpan memori-memori ku bersamanya. 1 Maret 2015, aku
mengantarnya ke bandara. Langkah-langkahnya menyusuri ruang check in saat itu membuatku begitu sedih.
Aku hanya dapat melihat punggungnya yang bergerak menjauh meninggalkanku. Aku
menatapnya dari kejauhan. Mataku berkaca-kaca. Saat itu pun aku tahu apa yang
ia rasakan. Ia sempat memanggilku sebelum langkahnya mulai menjauh dariku.
Matanya berkaca-kaca dan pandangannya terus menatapku sembari melangkahkan
kakinya. Ah, air mataku masih saja meleleh ketika aku mengingat kejadian itu
hingga saat ini. Aku benar-benar merindukannya. Aku hanya dapat berdoa agar
Tuhan menjaga dan melindunginya untukku.
Hari demi hari berlalu. Ia
semakin menguatkanku melalui sharing Firman
Tuhan dan doa-doanya setiap pagi untukku. Sekalipun jarak memisahkan kami, kami
percaya suatu saat Tuhan pasti mempertemukan kami pada waktu yang indah. Ketika
aku merindukannya, Tuhan selalu mengatakan padaku bahwa tidak ada jarak dalam
hadirat Allah. Sekalipun secara fisik kami tidak bertemu, aku menemukan jiwanya
setiap hari ketika kami berdoa bersama. Tuhan memberikan anugrah terindah untukku di saat yang begitu indah.
Jumat, 16 Januari 2015
Who Can Find a Virtuous Woman?
(Proverbs 31:10)
"Who can find a virtuous woman? for her price is far above rubies"
Ketika aku terbangun pagi ini, aku teringat sebuah ayat yang dikirimkan oleh teman komselku di Malang semalam. Ayat tersebut terdapat dalam Amsal 31:10 yang berkata,"Isteri yang cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari pada permata." Aku begitu kaget ketika membaca ayat ini. Dalam pikiranku, apakah temanku salah mengirimkanku ayat semalam. Ayat ini tidak begitu relevan untuk hidupku saat ini, pikirku. Segera saja aku mempersiapkan diriku untuk ke kantor hari ini. Aku sempat bertanya kepada Tuhan, apa maksud Tuhan memberikan ayat ini untukku. Terang saja Tuhan langsung mengatakan bahwa Ia mengajariku mulai dari saat ini. Ia sedang mempersiapkan aku untuk sesuatu yang besar di depanku.
Bukan kebetulan juga, ketika aku menyalakan PC ku hari ini dan membuka youtube, terdapat suatu video khotbah yang berjudul "Keluarga di dalam Tuhan", oleh Ps.Philip Mantofa. Tanpa berpikir panjang, aku langsung membukanya. Tampaknya sudah menjadi kebiasaan ketika Tuhan mengajariku di pagi hari, dan Ia selalu mengajariku melalui video-video khotbah yang aku dengar hari itu juga.
Hari ini aku mendapatkan penjelasan Tuhan, seperti apakah istri yang cakap itu. Dalam bahasa Inggris, cakap dijelaskan dengan kata virtuous, yang artinya berbudi luhur, bijak, berbuat kebajikan. Istri, tentu saja berkaitan dengan seorang wanita. Ketika Tuhan menciptakan wanita, ia diambil dari tulang rusuk lelaki. Berasal dari tulang rusuk lelaki artinya bahwa wanita memiliki DNA yang sama dengan lelaki, meskipun wanita diciptakan dengan berbagai kelebihan yang tidak dimiliki lelaki, begitu pula sebaliknya.
Setiap anak, entah pria maupun wanita diciptakan Tuhan dalam keadaan yang bersih dan suci, tidak peduli apapun keadaan orang tuanya. Menjadi seorang istri yang cakap, tentu saja akan dipersiapkan untuk suatu kehidupan keluarga, yaitu tanggung jawab terhadap suami dan anaknya. Orang tua lah yang memiliki peranan penting ketika mendidik anak.
Hari ini aku bersyukur ketika Tuhan memberikanku hidup dalam sebuah keluarga yang begitu mencintai Tuhan. Ketika seseorang bertanya kepadaku, "how you describe your daddy?" Aku akan dengan sangat bangga menceritakan ayahku. He is the sweetest man I ever had. Suatu saat ketika aku memiliki suami dan menikah, aku akan tetap menempatkan papiku sebagai the sweetest man in my life. Sejak kecil, papiku selalu memujiku bahkan untuk hal yang paling sederhana yang aku lakukan. Ketika aku belajar memasak akhir-akhir ini, aku sempat meminta tolong papiku untuk memotong daging ayam mentah karena aku takut untuk memegangnya. Langsung saja ia mengatakan, "Jika kamu tidak melakukannya hari ini, kapan lagi kamu memiliki keberanian untuk melakukannya?" Tampaknya sebuah kalimat yang biasa, tetapi menghilangkan traumaku selama bertahun-tahun. Aku mencobanya dan aku berhasil melakukannya. Ketika masakan itu telah selesai aku buat, papiku lah orang pertama yang memuji masakanku, meskipun aku tahu rasanya tidak terlalu enak.
Saat berjalan-jalan dengan keluargaku di Jogja, aku berada pada barisan paling belakang sambil menikmati suasana malam kota Jogja. Ketika aku melihat cece dan pacarnya berjalan berdampingan, aku sempat berpikir seandainya ada orang yang mencintaiku seperti itu. Maklum saja, aku tidak pernah berpacaran selama 22 tahun hidupku. Aku sempat bertanya kepada Tuhan, mengapa Ia tidak langsung saja menjawab doaku yang satu ini. Mengapa orang lain begitu mudah mendapatkannya, sedangkan aku tidak? Belum selesai aku bertanya, papiku langsung mundur dari barisan di depan dan merangkulku sambil berjalan di sebelahku. Ia mengajakku berbicara, seolah-olah mengatakan,"Dont grow up so fast, dear!" Tuhan begitu menghiburku melalui papiku. Hal yang sederhana, mungkin saja dia melupakan apa yang telah ia lakukan, tetapi hal itu sungguh berarti bagiku. He is my man.
Melalui apapun yang Tuhan ijinkan aku alami, aku tahu bahwa suatu saat ketika aku telah menikah dan memiliki keluarga, Tuhan menginginkanku untuk mengikuti teladan ayahku.
Menjadi seseorang yang lemah lembut, taat, dan tunduk karena itu adalah perintah Tuhan. Menjadi orang tua yang mencintai anak-anaknya, memuji anak-anaknya ketika dia melakukan hal yang baik dan benar, sesederhana apapun itu. Tidak berkata kasar dalam keadaan apapun, meskipun dalam suasana hati yang tidak terlalu baik.
Dan yang terpenting dari semua itu adalah memperkenalkan Tuhan Yesus yang menjadi Tuhan orangtuanya. Karena segala sesuatu adalah dari Dia, oleh Dia, dan bagi Dialah segala kemuliaan.
Semoga memberkati....
Senin, 12 Januari 2015
Daughter of God!
Malam ini tampak seperti
malam-malam biasanya, sama sekali tidak ada yang istimewa. Aku duduk tertegun
sambil mencoba menuangkan apa yang ada di pikiranku malam ini. Entah apa yang
muncul di pikiranku malam ini, tetapi aku sedang mencoba berpetualang dengan
segala hal tentang sosok yang disebut “Wanita”. Beberapa bulan yang lalu aku
sempat menuliskan tentang peranan seorang wanita.
Masih teringat jelas dalam
ingatanku bahwa wanita memiliki peranan sebagai seorang penolong bagi seorang
pria. Tetapi apakah seorang perempuan hanya diciptakan hanya sebagai penolong
saja? Hari ini Tuhan menuntunku pada suatu pengertian mengenai sesuatu yang
besar di balik penciptaan seorang wanita.
Lydia Angela Natasya, sejak lahir
aku adalah orang yang tidak pernah bangga memiliki nama itu. Aku merasa nama
itu tidak cocok untukku mengingat gayaku yang tidak terlalu feminim dan cara
bicaraku yang tidak terlalu lembut seperti wanita pada umumnya. Sebelum lahir,
orangtuaku menyiapkan sebuah nama laki-laki untukku. Terpikir olehku bahwa
orangtuaku mungkin saja menginginkan seorang anak laki-laki pada saat itu. Seringkali
aku bertanya kepada Tuhan, mengapa Ia tidak menciptakanku sebagai seorang
laki-laki saja? Menurutku, wanita hanyalah sosok yang begitu lemah dan mudah
sekali untuk menangis. Pada saat masa kecilku, aku bertindak sebagai jagoan di
rumah. Entahlah, aku merasa begitu bangga ketika tidak ada satupun saudaraku
yang berani melawanku. Begitu bodoh dan konyol.
Ketika berada di rumah, aku
merasa aku lah yang berkuasa, tetapi ketika berada di luar rumah, aku menjadi
anak yang begitu tidak percaya diri. Aku pendiam dan begitu takut untuk
berbicara. Membutuhkan waktu yang begitu lama untuk beradaptasi dengan
lingkungan dan orang-orang yang baru. Aku tidak pernah mengijinkan orang
menyebutku dengan nama Angel, Angela, dan Natasya. Aku mencoba terbiasa dengan
nama Lydia. Aku tidak pandai dalam mengerjakan hal-hal yang biasa ditangani
oleh wanita, seperti memasak, menjahit, dan sebagainya.
Tetapi sejak aku dekat dengan
Tuhan, segalanya menjadi berubah. Aku merasa begitu bangga menjadi seorang
wanita. Wanita diciptakan dengan kepekaan yang luar biasa. Ada hal yang berbeda
antara kedekatan seorang ayah dengan anak perempuannya dan kedekatan seorang
ayah dengan anak lelakinya. Seorang ayah yang baik pasti akan berkata-kata dan
memperlakukan anak perempuannya dengan lembut, bahkan Ia tidak segan untuk
memeluk anak perempuannya dan tidak akan mengijinkan anak perempuannya jatuh
kepada laki-laki yang tidak baik. Hal
inilah yang menjadi dasar pemikiranku. Jika ayahku di dunia begitu mengasihiku,
apalagi ayahku yang di Surga. Tuhan memperlakukanku dengan begitu lembut,
bahkan ketika aku menangis sekalipun, Ia selalu menjelaskan mengapa hal itu
dilakukanNya dengan penuh kasih.
Seorang wanita akan memiliki
kepekaan terhadap perasaan Tuhan, karena itulah kelebihannya. Tidak hanya
sampai di sana, dalam kisah-kisah di Alkitab pun, Tuhan banyak memakai seorang
wanita untuk menjadi pahlawan, contohnya saja Ester, Deborah, Maria, Dorkas,
Lydia.
Pada Bilangan 27:1-11 Tuhan juga
menunjukkan cintaNya bagi anak-anak perempuan kesayanganNya. Mahla, Noa, Hogla,
Milka, dan Tirza saat itu berani berbicara di hadapan Musa dan Imam Eleazar.
Hal ini terjadi karena nama ayahNya hendak dihapus dari kaumnya oleh sebab ia
tidak memiliki anak laki-laki. Kelima anak kesayangan Tuhan menuntut haknya.
Pada ayat 7, Tuhan langsung membela kelima anak perempuan itu di depan mata
Musa. Tuhan menunjukkan bahwa tidak ada yang dapat mengambil hak yang dimiliki
oleh anak-anak perempuan kesayangan Tuhan. Keberanian itu juga tampak ketika
Ester dan Debora berjuang membela bangsaNya.
Kisah Rasul 16:13-15 menceritakan
tentang Lidia seorang penjual kain ungu yang taat kepada Tuhan. Pada ayat 13
terdapat banyak perempuan yang berkumpul dan berbicara pada Paulus, tetapi ada
seseorang yang menarik perhatian dari Paulus di antara sekian banyak perempuan
itu, yaitu Lidia. Pada ayat 14, Paulus menceritakan tentang Lidia dan perhatian
Tuhan kepada Lidia hingga seisi rumahnya mengalami metanoia atau pertobatan.
Lidia adalah seorang wirausaha yang diberkati Tuhan. Hal ini ditunjukkan dari
sifatnya yang ingin memberkati orang lain dengan mengajak Paulus untuk menumpang
di rumahnya.
Hari ini, aku menyadari
keberhagaanku sebagai seorang anak perempuan di hadapan Tuhan Bapaku.
Pembicaraanku dengan Tuhan hari ini membuat aku mengerti bahwa visi utamaku
dalam penciptaan adalah bukan hanya sebagai penolong. Lebih dari itu, Ia
menanamkan dalam pikiranku bahwa aku diciptakan Tuhan untuk dipakai secara luar
biasa dalam mempermuliakan namaNya. Malam ini, aku bersyukur diciptakan sebagai
seorang Lydia Angela Natasya. Anak perempuan kesayangan Tuhan Yesus.
Wanita kesayangan Tuhan, engkau
unik dan berharga di hadapan Tuhan. Jangan kuburkan impianmu, gunakan karunia
yang Tuhan berikan untuk memuliakanNya. Perananmu sebagai penolong, tetap
lakukan itu dengan setia. Tetapi jangan pernah melupakan visi utama bahwa
engkau tetap diciptakan untuk kemuliaanNya. Kelebihanmu, jadikan itu sebagai
berkat untuk menjadi lebih peka dalam mendengar suara Tuhan. Keep in shine,
ladies… God’s lovely daughter…. Jesus loves you!
Selasa, 06 Januari 2015
Welcome 2015
Begitu banyak kejadian di tahun
2014 yang rasanya membuat kita enggan untuk beranjak ke tahun 2015. Dalam
agendaku, ada beberapa hal yang menjadi resolusiku namun belum sempat terwujud
meskipun 80% di antaranya sudah tercapai. Tahun 2014 menjadi tahun yang begitu
penting dan berharga dalam hidupku. Banyak hal yang Tuhan ajarkan kepadaku di
tahun itu.
Mengawali 2015, Tuhan mengajakku
untuk berputar dan mengingat kembali masa di tahun 2014. Tuhan selalu
menyuruhku untuk melihat ke depan, tetapi kali ini aku dibawaNya melihat
penyertaanNya yang begitu nyata di tahun 2014. Aku mengawali tahun 2014 dengan
sebuah penantian. Penantian kelulusanku dan publikasi jurnalku. Aku melewati
setiap malam dengan berdoa dan terus berdoa. Saat itu seakan-akan Tuhan diam.
Tidak ada apapun yang terjadi selama beberapa bulan aku berdoa. Tetapi dalam
bukuku, aku menuliskan imanku setiap harinya.
“Hari ini tidak akan melemahkan
imanku, Tuhan… kalau belum hari ini, besok pasti aku menerima kabar tentang
jurnalku.” tulisku
Aku menuliskannya setiap hari,
setiap malam meskipun tidak terlihat adanya perubahan apapun. Tetapi semakin
berjalannya hari, imanku bukan semakin kecil, tetapi semakin besar. Aku begitu
yakin, Tuhan melakukan segala sesuatunya indah pada waktuNya Tuhan. Selama
berbulan-bulan, penantianku dijawab Tuhan. Pagi hari pukul 05.00, dosenku
mengabariku bahwa jurnalku sudah mendapat lampu hijau. Jurnalku belum
sepenuhnya diterima karena harus melalui tahapan revisi.
“Tidak apa-apa, setidaknya hari
ini aku melihat tanda.” tegasku dalam hati. Hari demi hari berlalu dan doaku
tetap sama sampai suatu ketika aku mendapatkan kabar bahwa jurnalku benar-benar
diterima.
Aku pernah membaca sebuah kalimat
yang mengatakan bahwa yang terpenting dari sebuah kesabaran bukan tentang lama
waktunya, tetapi attitude yang kita
tampilkan selama penantian tersebut. Ketika diperhadapkan dengan sebuah
penantian, terdapat dua hal yang menjadi pilihan banyak orang. Putus asa dan
berhenti berharap ataukah terus berdoa dan berharap hingga tercapainya suatu
hasil akhir dari penantian.
Ada masa ketika seseorang harus berusaha dan ada
masa ketika seseorang hanya dapat berdoa dan mengandalkan Tuhan. Bagi banyak
orang, berdoa berbulan-bulan atau bertahun-tahun tanpa melihat titik apapun
bukanlah perkara yang mudah. Namun bagiku, lebih mudah berdoa dan mengandalkan
Tuhan tanpa rasa curiga apapun daripada aku harus menyerah dan menutup bukuku.
Ketika aku berada dalam sebuah
penantian, ada suatu hal yang Tuhan
ajarkan kepadaku, bahwa pengharapanku kepada Tuhan tidak akan sia-sia. He makes everything beautiful in His time.
Waktunya Tuhan tidak sama dengan waktuku. Bukan berarti Ia lamban dalam
menjawab doa, tetapi melalui penantian, Tuhan ingin mengajarkanku untuk rendah
hati dan menyadari bahwa semua hal yang terjadi bukan karena usahaku, tetapi
semua adalah anugrah Tuhan. Tuhan menempatkanku di titik ketika aku sudah tidak
dapat mengusahakan apapun selain berserah.
Tuhan mengingatkanku tentang
Kaleb mendapatkan Hebron. Penantian Kaleb untuk memperoleh janji Tuhan adalah
45 tahun. Hebron saat itu dipenuhi oleh raksasa-raksasa dan bagi seorang Kaleb,
ia selayaknya memiliki alasan yang kuat untuk menyerah. Tetapi ketika Kaleb
mengingat janji Tuhan tentang Hebron, ia sama sekali tidak menyerah. Ia
mengejar Hebron sampai menjadi miliknya.
Tidak peduli sesulit apapun medan
yang kita hadapi untuk mencapai janji Tuhan, tanamkanlah bahwa Ia adalah Tuhan
yang menepati janjiNya. Ketika diperhadapkan dengan waktu penantian yang begitu
panjang, yakinkanlah dirimu bahwa Tuhan sang penulis masih belum selesai
menulis cerita hidupmu. Jangan terlalu terburu-buru menutup bukumu.
Tahun 2015, coba periksalah kembali,
janji apa yang Tuhan masih tulis di bukumu yang kini telah kau tutup. Buka dan
doakanlah kembali. Ia masih ingin menyelesaikan tulisanNya di hidupmu.
Kisah di tahun 2014 tersebut
hanya salah satu dari penantianku. Aku masih memiliki sekian banyak janji Tuhan
yang Ia sedang tuliskan di hidupku. Hari ini pun aku masih berada dalam
penantian. Aku berdoa bertahun-tahun akan sebuah jawaban doa. Flash back di tahun 2014 menguatkanku
kembali bahwa penantianku tidak akan sia-sia.
Tuhanku adalah Tuhan yang sama, kemarin, hari ini, dan besok sampai
selama-lamanya.
Walaupun seakan terlihat tidak
ada jawaban, diamlah dalam penantian. Mungkin saja kala itu, Ia menetralkanmu
dari hal-hal yang salah yang perlu diperbaiki di hidupmu. Tahun 2014, aku
mengalaminya. Tuhan membuat aku belajar dari kesalahanku dalam hal menentukan
prioritas yang utama dan terutama.
Entah hari ini, apakah proses
penetralan itu masih berlangsung ataukah Tuhan sudah mulai menginjak gas mobil
hidupku untuk berjalan kembali. Apapun yang menjadi keputusan Tuhan, tidak ada
keraguan di dalam hidupku. Aku begitu yakin bahwa segala hal Tuhan rancangkan
untuk kebaikanku.
Hari ini penantianku belum
mencapai titik akhir, tetapi aku sudah melihat tanda. Terlalu bebal rasanya
untuk tidak percaya bahkan menyerah. Hal itu tidak akan pernah menjadi
pilihanku.
Tahun 2015, Tuhan mengingatkanku
pada ayat
1 Petrus 5:6 “Karena itu
rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan, supaya kamu ditinggikan pada
waktuNya.”
Hidup manusia seperti uap yang
sebentar saja hilang. Menyadari kelemahan kita dan keterbatasan kita,
seharusnya kita tahu bagaimana kita harus bergantung sepenuhnya kepada Tuhan.
Rendah hati artinya tidak mencari
pengakuan apapun dari siapapun. Rendah hati adalah senang jika Tuhan yang
memperoleh kemuliaan dan tidak mengambil kemuliaan Tuhan. Orang yang rendah
hati akan ditinggikan Tuhan pada waktuNya tanpa perlu repot-repot mencari muka.
At the end of my first blog at 2015, I would like to say thank you untuk My Greatest Father, Jesus Christ. I’m thanking for everything in 2014.
Thank you to make me run, and thank you to make me have a rest for a while. 2015, I don’t know what will happen but it’s
really really enough when I have You. I don’t want else. I just want to be a
child that always depend on her Father, a student that depend on her teacher
and a servant that always have a pure heart to serve her Lord. I love You,
Father.
Your Child,
Lydia Angela Natasya
Rabu, 17 Desember 2014
Keep Calm and Trust!
Pekerjaanku sejak awal bulan Desember
hingga hari ini tidak terlalu berat. Hampir sebagian besar waktuku akhir-akhir
ini dihabiskan untuk persiapan-persiapan perayaan natal gerejaku. Sudah 4 tahun
aku kehilangan moment seperti ini.
Semasa kuliah, aku begitu menyibukkan diriku dengan ujian-ujian akhir
semesterku. Jarang sekali aku mengikuti pelayanan natal ketika aku di Malang.
Biasanya di moment akhir tahun
seperti ini, aku sengaja mendengarkan lagu-lagu natal dari laptopku sembari
mengerjakan tugas-tugas kuliah.
Tahun ini, begitu banyak
harapanku di awal tahun 2014 yang menjadi kenyataan. Aku sempat menuliskan di bukuku
bahwa aku ingin sekali melewati tahun 2014 dengan kembali melayani Tuhan. Aku
melalui 4 tahun masa kuliahku tanpa pelayanan apapun. Tanpa pelayanan apapun
selam 4 tahun di Malang, tentu saja membuat aku benar-benar mengalami
kekosongan. Ketika di gereja, aku selalu iri melihat mereka yang dapat melayani
Tuhan dengan begitu bersukacita, sedangkan aku, jangankan melayani, untuk pergi
ke gereja setiap minggu saja aku sudah begitu bersyukur. Jarak gereja yang
cukup jauh, ditambah lagi aku tidak memiliki kendaraan saat itu membuatku
benar-benar tidak dapat melakukan apapun.
Tahun 2014, Tuhan benar-benar
mendengar dan menjawab doaku. Aku dipercayakan sebuah kendaraan yang membuatku
dapat terjun pada suatu pelayanan. Aku juga bergabung dalam sebuah komsel yang
merupakan komunitas anak muda di gereja. Berawal dari komsel, aku belajar
begitu banyak hal. Aku dikuatkan oleh teman-teman seiman, aku didorong untuk
melayani Tuhan.
22 Maret 2014, aku bertemu dengan
seorang teman yang begitu baik dan merupakan anak kesayangan Tuhan. Hari itu
juga, Tuhan mempercayakan aku untuk melakukan pelayanan pertamaku sebagai consellor di acara KKR gereja. Begitu
banyak yang begitu aku syukuri saat itu. Di saat aku benar-benar merasa
kesepian, Tuhan menghadirkan begitu banyak teman di hidupku. Tuhan mengajariku
banyak hal dari mereka semua.
Bulan April 2014, aku memutuskan
untuk pulang kembali ke tempat kelahiranku, tentu saja saat itu aku telah lulus
kuliah. Tidak mudah untuk memutuskan hal tersebut, tetapi di dalam hatiku
muncul suatu kerinduan untuk memberikan buah sulungku di tempat kelahiranku.
Aku ingin sekali melayani Tuhan di pemuda remaja gerejaku di Lombok. Tahun
pertama kelulusanku, aku ingin mempersembahkannya untuk Tuhan. Terkadang
mungkin banyak yang berpikir bahwa aku terlalu bodoh untuk kembali ke kampung
halaman, sedangkan begitu banyak kota-kota besar yang menjanjikan karir yang
begitu baik. Tetapi ada satu kalimat yang beredar di kepalaku saat itu, “I don’t know my future, but I know who hold
my future”. Aku tahu Tuhan sudah merancangkan segala hal yang terbaik di
hidupku, masa depanku, cita-cita, dan cinta. Kepulanganku ke Lombok membuatku
menjadi jauh dengan teman-teman yang baru saja aku kenal. Tentu saja ada
perasaan sedih, tetapi ada damai sejahtera yang jauh melebihi apapun ketika aku
mengingat misi yang Tuhan berikan untukku saat itu.
Setelah kepulanganku, hari-hari
aku lewati dengan begitu cepat. Tuhan mempercayakan aku untuk memimpin sebuah
komunitas kecil pemuda remaja di gereja. Tuhan juga mempercayakan pelayanan
lain untukku. Aku melewati bulan demi bulan dengan sukacita yang luar biasa.
Ada kalanya aku begitu merasa
kesepian. Jauh dari teman-temanku di Malang, jauh dari keramaian, bahkan teman
terbaikku jarang sekali menghubungiku akhir-akhir ini. Tetapi di dalam
ketenangan, aku benar-benar dapat mendengarkan suara Tuhan.
Ada banyak hal yang membuat dunia
tampaknya begitu ramai, tetapi merasakan suatu kekosongan. Aku pernah
mengalaminya, dan membuatku lupa tentang penciptaku. Aku bersyukur Tuhan
menarikku dengan cepat. Hari ini, aku sedang menjalani proses penetralan. Tuhan
membawaku pada masa ketika tidak ada seorang pun yang menjadi tempat aku
bercerita tentang begitu banyak hal. Tidak ada seorang pun yang dapat aku
percaya selain diriNya. Aku tidak menghabiskan waktuku dengan media sosial yang
dulu sempat menyita banyak waktuku.
Ketika segala hal menjadi tidak
sesuai dengan keinginanku, aku mencoba belajar untuk diam dan tenang. Aku tidak
memprotes apapun kepada Tuhan, bahkan untuk janjiNya yang belum terjadi di
hidupku. Ketika aku berdiam itulah, begitu banyak hal yang Tuhan ceritakan
kepadaku. Begitu banyak tanda yang Tuhan nyatakan di hidupku ketika aku
bertanya kepadaNya.
Beberapa hari yang lalu, aku
berangkat ke kantor. Sembari di perjalanan, Tuhan mengingatkanku dengan
kata-kata,” Dalam tinggal tenang dan percaya, terletak kekuatanmu”. Aku mencari
tahu keinginan Tuhan dari kata-kata tersebut. Sampai di kantor, aku mendengar
khotbah sembari bekerja. Tanpa disadari, khotbah itu pun menuntunku dengan
kata-kata yang sama seperti yang Tuhan katakan tadi pagi.
Kini aku tahu, Tuhan menginginkan
aku untuk tenang dan berdiam di bawah kakiNya, tanpa perlu kuatir tentang
apapun juga dan tanpa protes tentang apapun juga. Hanya dengan mendengar suara
Tuhan, aku benar-benar mengalami sukacita yang luar biasa.
Terkadang ketika aku ingin
menceritakannya kepada temanku apa yang aku alami atau apa yang aku dengar, ia
justru mementahkannya dan mengatakan aku seperti meramal masa depan. Ketika aku
menceritakannya kepada Tuhan, Ia mengatakannya sekali lagi kepadaku,” Dalam
tinggal tenang dan percaya, terletak kekuatanmu”.
Aku cukup tinggal tenang dan
percaya, dan melihat bagaimana Tuhan bekerja secara luar biasa di hidupku. Tidak
perlu mempertanyakan bagaimana caranya, dan tidak perlu menceritakan apapun kepada siapapun. Tuhan
mau mengajariku untuk belajar percaya sekalipun aku tidak melihat. Belajar
berdiam dan mengerti keinginan Tuhan, sekalipun begitu banyak hal yang ingin
aku pertanyakan. Tuhan ingin aku menggunakan telingaku untuk lebih peka
mendengar suaranya, mataku untuk lebih terbuka membaca firman Tuhan, dan hatiku
untuk menerima pewahyuan-pewahyuan Tuhan.
Entah kemana lagi Tuhan akan membawaku tahun 2015, tetapi aku yakin setiap langkah-langkahku dituntun oleh Tuhan kepada suatu rancangan terbaik di hidupku. Tuhan Yesus jauh lebih mengetahui segala hal yang terbaik untukku, dibanding diriku sendiri.
Tuhan mengontrol hidupku karena Ia begitu mengasihiku....Belajar tenang, tetap berdoa, dan peka dengan suara Tuhan. Jesus loves you!!!
Langganan:
Postingan (Atom)
Diberdayakan oleh Blogger.