Selasa, 06 Januari 2015

Welcome 2015



Begitu banyak kejadian di tahun 2014 yang rasanya membuat kita enggan untuk beranjak ke tahun 2015. Dalam agendaku, ada beberapa hal yang menjadi resolusiku namun belum sempat terwujud meskipun 80% di antaranya sudah tercapai. Tahun 2014 menjadi tahun yang begitu penting dan berharga dalam hidupku. Banyak hal yang Tuhan ajarkan kepadaku di tahun itu. 

Mengawali 2015, Tuhan mengajakku untuk berputar dan mengingat kembali masa di tahun 2014. Tuhan selalu menyuruhku untuk melihat ke depan, tetapi kali ini aku dibawaNya melihat penyertaanNya yang begitu nyata di tahun 2014. Aku mengawali tahun 2014 dengan sebuah penantian. Penantian kelulusanku dan publikasi jurnalku. Aku melewati setiap malam dengan berdoa dan terus berdoa. Saat itu seakan-akan Tuhan diam. Tidak ada apapun yang terjadi selama beberapa bulan aku berdoa. Tetapi dalam bukuku, aku menuliskan imanku setiap harinya.
“Hari ini tidak akan melemahkan imanku, Tuhan… kalau belum hari ini, besok pasti aku menerima kabar tentang jurnalku.” tulisku

Aku menuliskannya setiap hari, setiap malam meskipun tidak terlihat adanya perubahan apapun. Tetapi semakin berjalannya hari, imanku bukan semakin kecil, tetapi semakin besar. Aku begitu yakin, Tuhan melakukan segala sesuatunya indah pada waktuNya Tuhan. Selama berbulan-bulan, penantianku dijawab Tuhan. Pagi hari pukul 05.00, dosenku mengabariku bahwa jurnalku sudah mendapat lampu hijau. Jurnalku belum sepenuhnya diterima karena harus melalui tahapan revisi.

“Tidak apa-apa, setidaknya hari ini aku melihat tanda.” tegasku dalam hati. Hari demi hari berlalu dan doaku tetap sama sampai suatu ketika aku mendapatkan kabar bahwa jurnalku benar-benar diterima.
Aku pernah membaca sebuah kalimat yang mengatakan bahwa yang terpenting dari sebuah kesabaran bukan tentang lama waktunya, tetapi attitude yang kita tampilkan selama penantian tersebut. Ketika diperhadapkan dengan sebuah penantian, terdapat dua hal yang menjadi pilihan banyak orang. Putus asa dan berhenti berharap ataukah terus berdoa dan berharap hingga tercapainya suatu hasil akhir dari penantian. 

Ada masa ketika seseorang harus berusaha dan ada masa ketika seseorang hanya dapat berdoa dan mengandalkan Tuhan. Bagi banyak orang, berdoa berbulan-bulan atau bertahun-tahun tanpa melihat titik apapun bukanlah perkara yang mudah. Namun bagiku, lebih mudah berdoa dan mengandalkan Tuhan tanpa rasa curiga apapun daripada aku harus menyerah dan menutup bukuku.

Ketika aku berada dalam sebuah penantian, ada suatu  hal yang Tuhan ajarkan kepadaku, bahwa pengharapanku kepada Tuhan tidak akan sia-sia. He makes everything beautiful in His time. Waktunya Tuhan tidak sama dengan waktuku. Bukan berarti Ia lamban dalam menjawab doa, tetapi melalui penantian, Tuhan ingin mengajarkanku untuk rendah hati dan menyadari bahwa semua hal yang terjadi bukan karena usahaku, tetapi semua adalah anugrah Tuhan. Tuhan menempatkanku di titik ketika aku sudah tidak dapat mengusahakan apapun selain berserah.

Tuhan mengingatkanku tentang Kaleb mendapatkan Hebron. Penantian Kaleb untuk memperoleh janji Tuhan adalah 45 tahun. Hebron saat itu dipenuhi oleh raksasa-raksasa dan bagi seorang Kaleb, ia selayaknya memiliki alasan yang kuat untuk menyerah. Tetapi ketika Kaleb mengingat janji Tuhan tentang Hebron, ia sama sekali tidak menyerah. Ia mengejar Hebron sampai menjadi miliknya.

Tidak peduli sesulit apapun medan yang kita hadapi untuk mencapai janji Tuhan, tanamkanlah bahwa Ia adalah Tuhan yang menepati janjiNya. Ketika diperhadapkan dengan waktu penantian yang begitu panjang, yakinkanlah dirimu bahwa Tuhan sang penulis masih belum selesai menulis cerita hidupmu. Jangan terlalu terburu-buru menutup bukumu.

Tahun 2015, coba periksalah kembali, janji apa yang Tuhan masih tulis di bukumu yang kini telah kau tutup. Buka dan doakanlah kembali. Ia masih ingin menyelesaikan tulisanNya di hidupmu.
Kisah di tahun 2014 tersebut hanya salah satu dari penantianku. Aku masih memiliki sekian banyak janji Tuhan yang Ia sedang tuliskan di hidupku. Hari ini pun aku masih berada dalam penantian. Aku berdoa bertahun-tahun akan sebuah jawaban doa. Flash back di tahun 2014 menguatkanku kembali bahwa penantianku tidak akan sia-sia.  Tuhanku adalah Tuhan yang sama, kemarin, hari ini, dan besok sampai selama-lamanya. 

Walaupun seakan terlihat tidak ada jawaban, diamlah dalam penantian. Mungkin saja kala itu, Ia menetralkanmu dari hal-hal yang salah yang perlu diperbaiki di hidupmu. Tahun 2014, aku mengalaminya. Tuhan membuat aku belajar dari kesalahanku dalam hal menentukan prioritas yang utama dan terutama.
Entah hari ini, apakah proses penetralan itu masih berlangsung ataukah Tuhan sudah mulai menginjak gas mobil hidupku untuk berjalan kembali. Apapun yang menjadi keputusan Tuhan, tidak ada keraguan di dalam hidupku. Aku begitu yakin bahwa segala hal Tuhan rancangkan untuk kebaikanku. 

Hari ini penantianku belum mencapai titik akhir, tetapi aku sudah melihat tanda. Terlalu bebal rasanya untuk tidak percaya bahkan menyerah. Hal itu tidak akan pernah menjadi pilihanku.
Tahun 2015, Tuhan mengingatkanku pada ayat
1 Petrus 5:6 “Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan, supaya kamu ditinggikan pada waktuNya.”

Hidup manusia seperti uap yang sebentar saja hilang. Menyadari kelemahan kita dan keterbatasan kita, seharusnya kita tahu bagaimana kita harus bergantung sepenuhnya kepada Tuhan.
Rendah hati artinya tidak mencari pengakuan apapun dari siapapun. Rendah hati adalah senang jika Tuhan yang memperoleh kemuliaan dan tidak mengambil kemuliaan Tuhan. Orang yang rendah hati akan ditinggikan Tuhan pada waktuNya tanpa perlu repot-repot mencari muka.

At the end of my first blog at 2015, I would like to say thank you untuk My Greatest Father, Jesus Christ. I’m thanking for everything in 2014. Thank you to make me run, and thank you to make me have a rest for a while. 2015, I don’t know what will happen but it’s really really enough when I have You. I don’t want else. I just want to be a child that always depend on her Father, a student that depend on her teacher and a servant that always have a pure heart to serve her Lord. I love You, Father.
Your Child,

Lydia Angela Natasya

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

© How God Writes Your Life Story, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena